![Pdf Pdf](/uploads/1/2/5/4/125429048/119788343.png)
Dizaman era modern sekarang ini sudah banyak bentuk sediaan obat yang di jumpai di pasaran, bentuk sediaanya antara lain dalam bentuk sediaan padat contohnya piil, tablet, kapsul, supposutoria. Dalam bentuk sediaan setengah padat contohnya krim, salep. Sedangkan dalam bentuk sediaan cair adalah sirup, elixir, suspensi, emulsi dan sebagainya. Dalam praktikum kalin ini khusunya membahas tentang suspensi. Suspensi merupakan salah satu contoh sediaan cair yang secara umum dapat di artikan sebagai suatu system dispers kasar yang terdiri atas bahan padat tidak larut tetapi terdispers merata kedalam pembawanya. Alasan bahan obat di formulasikan dalam bentuk sediaan suspensi yatu bahan obat mempunyai kelarutan yang kecil atau tidak larut dalam tetapi diperlukan dalam bentuk sediaan cair,mudah diberikan pada pasien yang sukar menelan obat dapat diberikan pada anak-anak. Alasan sediaan suspensi dapat diterima oleh para konsumen dikarenakan penampilan baik dari segi warna, ataupun bentuk wadahnya.
Penggunaan sediaan suspensi jika dibandingkan dengan bentuk larutan lebih efisien karena suspensi dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air. Sediaan dalam bentuk suspensi juga ditujukan untuk pemakaian oral dengan kata lain pemberian yang dilakukan melalui mulut. Sediaan dalam bentuk suspensi diterima baik oleh para konsumen dikarenakan penampilan baik itu dari segi warna atupun bentuk wadahnya. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukkan untuk penggunaan oral. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
Oct 10, 2017 - On conversion, then obtained that. Majalah Farmasi Indones 2010;21:83-9. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.
Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal. Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya. (dalam volume yang sama) akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel. Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut.
Sifat bahan tersebut merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempengaruhinya. Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi suspensi dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila partikel mengendap mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan selanjutnya membentuk compacted cake dan peristiwa ini disebut caking. Kalau dililiat dari faktor-faktor tersebut diatas faktor konsentrasi dan sifat dari partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi karena konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis dalam resep dan sifat partikel merupakan sifat alam. Yang dapat diubah atau disesuaikan adalah ukuran partikel dan viskositas.
Bahan Pengawet Penambahan bahan lain dapat pula dilakukan untuk menambah stabilitas suspensi, antara lain penambahan bahan pengawet. Bahan ini sangat diperlukan terutama untuk suspensi yang menggunakan hidrokoloid alam, karena bahan ini sangat mudah dirusak oleh bakteri. Sebagai bahan pengawet dapat digunakan butil p.
Benzoat (1:1250), etil p.benzoat (1:500), propil p. Benzoat (1: 4000), nipasol, nipagin ± 1%. Disamping itu banyak pula digunakan - garam komplek dari mercuri untuk pengawet, karena memerlukan jumlah yang kecil, tidak toksik dan tidak iritasi. Misalnya fenil mercuri nitrat, fenil, mercuri chlorida fenil mercuri asetat. Brebes, Jawa Tengah MAKALAH KIMIA MEDISINAL KOLINERGIK DAN ANTIKOLINERGIK DI SUSUN OLEH: Nama: Firman Sidiq Putrawan NIM: E0014037 Dosen pengampu: Agung Nur Cahyanta S.Si., Apt PROGRAM STUDI S1 FARMASI STIkes BHAKTI MANDALA HUSADA (BHAMADA) 2015 VISI DAN MISI PROGRAM STUDI S1 FARMASI STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI VISI Menghasilkan sarjana farmasi yang kompeten dan berjiwa mandiri yang dilandasi pancasila.
MISI 1.Melaksanakan Tri Dharma Perguruan tinggi untuk menigkatkan kulitas ilmu pengetahuan dan teknologi, yang mengarah pada pencapaian lulusan yang profesional dan mampu mengembangkan ilmunya. 2.Menyelenggarakan Pendidikan Tinggi Farmasi Sarjana (S1) yang berkulitas, bertanggung jawab serta mampu bersaing untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa datang yang berorientasi pada pembangunan kesehatan. Brebes, Jawa Tengah PRAKTIKUM I PENGARUH CARA PEMBERIAN OBAT TERHADAP ABSORBSI OBAT A. Tujuan Paraktikum Mahasiswa dapat mengenal, mempraktikan dan membandingkan cara-cara pemberian obat terhadap kecepatan absorbsinya menggunakan data farmakologi sebagai tolak ukurnya.
![Bentuk sediaan farmasi pdf converter Bentuk sediaan farmasi pdf converter](/uploads/1/2/5/4/125429048/524712635.png)
Dasar Teori Absorbsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian kedalam darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran cerna (mulut sampai dengan rectum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. Absorbsi sebagian besar obat secara difusi pasif, maka sebagai barier absorbsi adalah membran epitel saluran cerna yang seperti halnya semua membran sel epitel saluran cerna, yang seperti halnya semua membran sel ditubuh kita, merupakan lipid bilayer. Dengan demikian, agar dapat melintasi membran sel tersebut, molekul obat harus memiliki kelarutan lemak (setelah terlebih dulu larut dalam air).
Selain pemberian topikal untuk mendapatkan efek lokal pada kulit atau membran mukosa, penggunaan suatu ob. Brebes, Jawa Tengah MAKALAH PENGANTAR FARMASI KOMUNITAS DAN KLINIK “STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT” Disusun Oleh: 1. Dwi Purwanti 2. Firman Sidiq Putrawan 3. Himatul Azizah 4. Sinta Dwi Prisilia PROGRAM STUDI S1 FARMASI STIKes BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI Jl.Cut Nyak Dhien No.
16, Desa Kalisapu, Kec. Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah 52416 Telp.(0283) 6197571 Fax.
(0283) 6198450 Homepage website email 201 7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karuniaNYA kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah yang kami buat ini berjudul ”Standar Pelayanan Kefarmasiaan di Rumah Sakit ”. Tujuan membuat makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar farmasi komunitas dan klinik yang dibimbing oleh ibu Devi Ika K.S., M. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna, khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.
Demikian makalah ini dibuat, kami menyada.